Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan kemudian perguruan tinggi, universitas, magang, pelatihan khusus dan lainnya.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui, pada tingkat global, pasal 13 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian tempat sampai usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang sejenisnya.
Pendidikan sebagai langkah awal untuk mengenal sesuatu, disisi lain kita sering bertanya, sebenarnya ada apa dalam pendidikan, apakah hanya untuk mengenal dunia beserta isisnya, mengenal alam dan materinya atau mengenal alam jagat raya seutuhnya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan pemahaman bahwa pembelajaran pada hakikatnya mengenal alam jagat raya seutuhnya, dengan mengenal alam ajagat raya kita mengenal siapa pencipta yang sebenarnya. Untuk tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah, proses pembelajaran mulai dari kandungan sampai liang lahad (tidak ada istilah berhenti dari belajar). Fase alam kandungan 100% pendidikannya berada pada pasangan masing-masing. Fase pasca kelahiran Rasulullah صلى الله عليه وسلم membagi 4 fase sebagai berikut:
1. Fase usia 0-7 tahun
Pada masa ini, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyuruh kita untuk memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang yg tidak berbatas. Berikan mereka kasih sayang tanpa membedakan anak sulung maupun bungsu dengan bersikap adil terhadap setiap anak-anak. Tidak boleh dipukul sekiranya mereka melakukan kesalahan walaupun atas dasar untuk mendidik, sehingga anak-anak akan lebih dekat dengan kita dan merasakan kita sebagai bagian dari dirinya saat besar, yang dapat dianggap sebagai teman dan rujukan yang terbaik. Anak-anak merasa aman dalam meniti usia kecil mereka karena mereka tahu anda (ibu bapak) selalu ada disisi mereka setiap masa
Rasulullah صلى الله عليه وسلم menekankan pentingnya perasaan orang tua bagi anak usia 0-7 tahun, yakni dengan cara belajar sambil bermain. Pada usia ini, pembiasaan merupakan hal yang sangat ditekankan Rasulullah, sebab anak-anak pada usia 0-7 tahun mendapat pengetahuan dari yang mereka lihat, pikirkan, dan kerjakan.
2. Fase usia 7-14 tahun
Pada tahap ini kita mula menanamkan nilai DISIPLIN dan TANGUNGJAWAB kepada anak-anak. Menurut hadits Abu Daud, “Perintahlah anak-anak kamu supaya mendirikan shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun dan asingkanlah tempat tidur di antara mereka (lelaki dan perempuan). Pukulan bukan untuk menyiksa, cuma sekadar untuk mengingatkan mereka. Janganlah dipukul bagian muka karena muka adalah tempat penghormatan seseorang, Allah mencipta sendiri muka Nabi Adam, sehingga anak-anak akan lebih bertanggungjawab pada setiap suruhan terutama dalam mendirikan sholat. Inilah masa terbaik bagi kita dalam memprogramkan kepribadian dan akhlak anak-anak mengikut acuan Islam. Terserah pada ibu bapak apakah ingin menjadikan mereka seorang muslim, yahudi, nasrani ataupun majusi.
Rasulullah menekankan pada pembentukan nilai-nilai kedisiplinan dan moral. Pendidikan yang ditanamkan mencakup ilmu dan amal sekaligus. Sehingga, pembentukan nilai-nilai kedisiplinan dan moral haruslah dengan bimbingan teori dan praktik.
3. Fase usia 14-21 tahun
Inilah fase yang penuh sikap memberontak. Pada tahap ini, Bapak Ibu harus mendekati anak-anak dengan BERKAWAN. Perbanyaklah berbicara dengan mereka tentang masalah yang mereka hadapi. Anak perempuan, berceritalah tentang kedatangan ‘haid’, anak laki-laki berceritalah tentang mimpi basah, bimbinglah mereka dan arahkan perasaan mereka pada tempat yang positif. Jadilah pendengar yang baik, sekiranya tidak setuju dengan tindakan mereka, hindari memarahi terutama dihadapan saudara-saudaranya yang lain tetapi gunakan pendekatan secara diplomasi walaupun kita adalah orang tua mereka. Sehingga, tidak ada pihak ketiga yang akan hadir dalam kehidupan. Mereka tidak akan terpengaruh untuk keluar rumah untuk mencari kesenangan sesaat, arahkan bahwa bersama keluarga tetap yang terbaik.
Pada usia ini, Rasulullah menekankan bimbingan secara dialogis, diskusi, atau musyawarah layaknya teman sebaya (shohibbi). Jangan menganggap anak pada usia ini sebagai anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan harus dituntun terus menerus.
4. Fase di atas usia 21 tahun
Pada tahap ini, Rasulullah membimbing dengan cara “bil hikmah, mauidzatul hasanah” dan “wazahidatul biya ahsan”, yaitu susunan kata yang logis dan sesuai kenyataan, menyentuh hati, serta disampaikan dengan cara diskusi. Sebab, yang orang tua hadapi pada periode ini adalah anak yang telah menjadi manusia dewasa, sehingga bimbingan dan pendidikannya pun harus disampaikan dengan cara yang bijaksana.
Islam banyak memberi contoh pendidikan yang baik dan benar, seperti pendidikan anak yang dilakukan oleh seorang ahli hikmah yang bernama Lukman. Allah Swt. mengabadikan keberhasilan Lukman mendidik anakanaknya di dalam Al-Quran Surat Lukman (31). Sedikitnya, ada empat ayat yang dapat diambil sebagai pokok-pokok pendidikan bagi orangtua terhadap anak-anaknya, yaitu:
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, Hai, anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar‘. Dan, Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan, jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata) ’Hai, anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui” (Q.S. Lukman [31]: 13-16).
Tahapan pendidikan tidak boleh di acak dengan dalih apapun, karena semua ada masanya.
“MENDIDIK TIDAK MENDADAK” by Enny Sulistiani
Kesempatan masing-masing fase hanya sekali, maka bimbinglah sesuai masanya. Anak merupakan amanah yang harus dijaga, bimbinglah mereka sesuai fitrah yang telah Allah titipkan, karena manusia sebagai Khalifah di muka bumi.
Perlu di ingat, Allah tidak menciptakan sesuatu yang cacat, hanya pikiran kita yang lambat dalam memahami pesan cintanya Allah.